
Bagian
Selatan adalah pegunungan kapur, bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng (Zona Kendeng). Bagian
Baratlaut (berbatasan dengan Jawa Tengah) adalah bagian dari rangkaian Pegunungan Kapur Utara. Secara
administrasi Kabupaten Bojonegoro dibagi menjadi 27 kecamatan dengan 419 desa
dan 11 kelurahan. Luas wilayah keseluruhan adalah 230,706 Ha. Kabupaten
Bojonegoro punya selogan Karta Raharja Mawa Karya
(Jika Ingin Sejahtera Harus Bekerja).
Kabupaten
Bojonegoro terletak di Propinsi Jawa Timur, merupakan salah satu daerah yang
banyak dijumpai cadangan minyak dan gas bumi serta merupakan energi tidak
terbarukan. Energi tidak terbarukan adalah energi yang diperoleh dari sumber
daya alam yang waktu pembentukannya sampai jutaan tahun.
Tak
terbarukan karena apabila sumberdayanya dieksploitasikan, maka untuk mengganti
sumberdaya sejenis dengan waktu yang sama baru mungkin ada atau belum pasti
akan terjadi jutaan tahun yang akan datang. Hal ini karena, di samping waktu
pembentukkannya yang sangat lama, cara terbentuknya lingkungan tempat
berkumpulnya energi inipun tergantung pada proses dan keadaan geologi saat
itu.
Perlu dipikirkan jika energi
tak terbarukan nantinya akan habis, maka harus dicarikan solusi yang baik dan sustainable
development. Salah satu alternatif adalah dibuat wisata alam
geologi yang akan dirangkum dalam cerita Petroleum Geopark
Bojonegoro.
Petroleum Geoheritage Bojonegoro mempunyai total luasan 28.12 Ha.,
yang berlokasi di sebelah Utara dan beberapa di sebealah Tenggara dari
Kabupaten Bojonegoro. Geosite yang
berada didalam Petroleum Geoheritage Bojonegoro meliputi Petroleum Geogeritage
Wonocolo, Struktur Antiklin Kawengan, Penambangan Bentonite, Sendang Gong/Goa
Jepang, Kayangan Api, Dung Lantung, Undak Bengawan Solo Purba dan Tambang/Goa
Fosfat.
Hampir
semua lokasi tersebut berada pada sistem Cekungan Zona Rembang, yang beberapa
formasi penyusunnya sudah terbukti sebagai penghasil hidrokarbon. Beberapa geosite pada Petroleum Geoheritage
Bojonegoro ada yang bernilai internasional, yaitu seperti
1.Petroleum Geoheritage Wonocolo.
Kawasan Wonocolo secara geologi lebih dikenal sebagai Struktur Wonocolo, yang merupakan satu rangkaian model Struktur Antiklin Kawengan yang memanjang berarah Barat-Timur. Wonocolo merupakan ujung dari Antiklin Kawengan, sehingga secara geologi proses terbentuknya lipatan pada Wonocolo menjadi satu dengan antiklin pada Kawengan.
Litologi yang tersingkap merupakan batupasir gampingan dari Formasi Wonocolo,
formasi tersebut berperan sebagai reservoir yang tersebut memberikan kontribusi
minyak bumi di area Wonocolo.
2. Struktur Antiklin Kawengan
Kawasan
Kawengan secara geologi lebih dikenal sebagai Struktur Antiklin Kawengan yang
memanjang berarah Barat-Timur. Kawasan ini berada pada zona rembang,
berdasarkan survei lokasi, litologi yang tersingkap diarea ini terdiri dari
Formasi Wonocolo berumur Miosen Akhir (10.5 jtl) dengan dicirikan litologi
penyusun napal, bersisipan kalkarenit dan batulempung, serta Formasi Ledok
berumur Miosen Akhir bagian tengah (8.2 jtl) dengan dicirikan litologi penyusun
perselingan kalkarenit, batupasir dan napal. Pada bagian puncak tinggian
Kawengan terdapat ratusan sumur tua peninggalan Belanda yang masih berproduksi
baik yang dikelolah secara modern maupun tradisional. Lapangan Kawengan
sampai saat ini masuk didalam wilayah kerja PT Geo Cepu Indonesia. Struktur
antiklin kawengan merupakan bentukan antiklin yang masih ideal, karena masih
dapat dikenali dengan baik kedudukannya baik di sayap antiklin sebelah Utara
dan sebelah Selatan.
Singkapan Formasi Ledok
3.Bentonite
Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan kehadiran bentonite merupakan salah satu mineral lempung jenis monmorilonit yang diinterpretasikan terbentuk oleh hasil pelapukan batuan asal dari Formasi Ledok yang kaya akan mineral plagioklas, kalium-feldspar, biotit dan muskovit, serta reaksi antara ion-ion hidrogern (H+) dalam air tanah dengan senyawa silikat, dimana ion H+ berasal dari asam karbon akibat pembusukan zat organik didalam tanah. Kondisi kawasan ini berupa perbukitan antiklin yang masuk didalam struktur antiklin kawengan, dimana lokasi ini berada pada sayap selatan dari antiklin kawengan. Bentonit sampai saat ini masih dilakukan penambangan secara tradisional untuk bahan baku gerabah.
4.
Sendang Gong/Goa Jepang
Berdasarkan kajian geologi area sendang gong merupakan bagian ujung Barat dari suatu sistem struktur antiklin yang berarah Barat-Timur yang dikontrol oleh patahan. Hal tersebut dibuktikan dengan kehadiran 2 (dua) singkapan patahan, yaitu sesar turun dengan kedudukan bidang sesar N 115° E/47° gores garis sebesar N 205° E dan Plung 47° dan sesar turun kedua dengan kedudukan N 115° E/25° yang berlokasi sebelah Tenggara sesar pertama berjarak + 75m. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut dinterpretasikan bahwa sesar tersebut berjenis Listric Normal Fault. Litologi di sekitar Sendang Gong dijumpai Batugamping nonklastik dari Anggota Dander Formasi Lidah.
5.
Gunung Pegat
Kawasan ini berada pada Zona Rembang, yaitu
pada Anggota Formasi Dander Formasi Lidah yang berumur Pliosen Akhir (2.9 jtl)
yang disusun atas batugamping terumbu dan batugampingan. Berdasarkan kajian
geologi area Gunung Pegat merupakan bagian ujung Barat dari suatu sistem
struktur antiklin yang berarah Barat-Timur yang dikontrol oleh patahan. Lokasi
patahan tersebut terkonfirmasi pada kawasan Sendang Gong yang berupa Listric
Normal Fault. Kondisi sekitar Gunung Pegat merupkan perbukitan kapur yang
terbelah menjadi 2 (dua) sehingga dinamakan menjadi Gunung Pegat. Pada area
Gunung Pegat yang masih dilakukan penambangan batugamping hanya pada sisi Timur
bukit, sedangkan di area sisi Barat masih dilakukan penambangan secara
tradisional.
6.
Kayangan Api

7. Dung Lantung

8. Undak Bengawan Solo Purba
Kawasan
ini berada pada endapan aluvial. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan,
kawasan ini merupakan endapan dari aliran sungai Bengawan Solo yang lampau atau
lebih dikenal sebagai Bengawan Solo Purba, dimana kondisi sekarang sungai
Bengawan Solo berada sebelah Barat dari kawasan ini. Jejak endapan Bengawan
Solo purba dapat terlihat di sekitar kawasan, salah satunya ditemukan endapan
aluvial dengan struktur sedimen berupa hummocky cross
stratification, struktur sedimen tersebut merupakan ciri dari endapan
sedimen fluvial, serta terdapat oxbow yang
merupakan danau hasil dari aliran sungai yang telah terpotong dan membentuk
tapal kuda yang saat ini sudah tergenang oleh air.
9. Tambang/Goa
Fosfat
Berdasarkan geologi kawasan ini berada pada Zona Rembang, yaitu pada Anggota Dander Formasi Lidah yang berumur Pliosen Akhir (2.9 jtl). Kondisi Goa Fosfat dan sekitarnya berdasarkan hasil pengamatan dilapangan berupa perbukitan, litologi utamanya berupa batugamping nonklastik. Berdasarkan proses terbentuknya fosfat pada goa fosfat merupakan tipe Fosfat Guano, yaitu merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelalawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Pada Goa Fosfat juga diketemukan fosil kepiting. Deskripsi megaskopis batugamping, batuan sedimen nonklastik, warna putih kecoklatan, Ub : bongkah, struktur masif.
Berdasarkan geologi kawasan ini berada pada Zona Rembang, yaitu pada Anggota Dander Formasi Lidah yang berumur Pliosen Akhir (2.9 jtl). Kondisi Goa Fosfat dan sekitarnya berdasarkan hasil pengamatan dilapangan berupa perbukitan, litologi utamanya berupa batugamping nonklastik. Berdasarkan proses terbentuknya fosfat pada goa fosfat merupakan tipe Fosfat Guano, yaitu merupakan hasil akumulasi sekresi burung pemakan ikan dan kelalawar yang terlarut dan bereaksi dengan batugamping karena pengaruh air hujan dan air tanah. Pada Goa Fosfat juga diketemukan fosil kepiting. Deskripsi megaskopis batugamping, batuan sedimen nonklastik, warna putih kecoklatan, Ub : bongkah, struktur masif.
10. Paleontologi

11. Makam Orang Kalang
Orang
kalang diduga sebagai penduduk awal di Bojonegoro. Kepercayaan Kalang Kuno
dipengaruhi oleh kebudayaan Hindu. Pemakaman orang Hindu kuno biasanya
dilakukan didaerah tinggian karena dianggap lebih mudah dan dekat untuk menuju
nirwana. Makam orang kalang terletak pada tinggian kawengan atau bagian dari
antiklin kawengan. Pada daerah ini terdapat singkapan dari formasi ledok dan
wonocolo dengan lithologi batu gamping pasiran. Oleh karena itu masyarakat
kalang kuno memanfaatkan bahan yang ada disekitarnya untuk membuat kubur batu.
Hal ini dapat dilihat dari jenis batu yang digunakan sebagai makam adalah batu
gamping pasiran.
Ketua Tim Teknis
Jatmika Setiawan
Dedy Kristanto
Tim Teknis Geoheritage Bojonegoro
Hariyadi, V. Dedy Cahyokoaji, Nur Arief Nugroho, Ardian Novianto, Eko Ariyadi, Uwes Qorni
Lutvy Juniardi, Edgie Yuda Kaesti, Entika Sintya, Michael Anggi Gilang Angkasa,
Bagus Aditya, Aries Setiawan, Ni Putu Yulia Leovani, Ardhan Farisan,
Emanuel Jiwandono Saputro, Dirsya Felizarda CS,
Irene Lisa Burara, Adi Wijayanto, Aditiya Saputro, Masnur,
Retmono, F.A. Ariadi Tryanto, Yusmardhany Yusuf,
Marya Agustina